Langsung ke konten utama

Beckham dan Ilusi Kemewahan Profesi Pesepakbola


Victor Gonzalez adalah seorang pesepakbola profesional di Meksiko. Meski menikmati pekerjaannya sebagai pesepakbola, Victor tak bisa menutup mata bahwa profesinya tersebut tidaklah menjanjikan. Lewat sepakbola, ia kesulitan untuk menghidupi keluarganya.
Victor pun menyerah. Ia berhenti sebagai pesepakbola dan bekerja sebagai buruh konstruksi untuk bisa menghidupi keluarganya. Kehidupan keluarga Gonzalez memang tidak sepenuhnya buruk. Namun keluarga tersebut dihinggapi perasaan tak menentu karena tidak adanya jaminan keuangan.
Lalu tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu depan rumah Victor. Di depan pintu dengan gantungan bertuliskan “Love You More” tersebut seorang pria tengah menunggu. Dengan kemeja denim berwarna biru, ia tak pernah melepaskan senyum dari wajahnya.
“Oh, My God!” teriak seorang ibu dari dalam rumah. Tiga pria lain di ambang pintu terkejut bukan main. Mereka menutup mulutnya sembari bergerak mundur. Siapa yang percaya kalau David Beckham yang datang menyapa.
“Aku David,” belum sempat Beckham melanjutkan perkenalan, Claudia Gonzalez, ibu yang tadi berteriak langsung menyela, “Aku tahu siapa Anda! Aku tahu!” Beckham lalu meminta izin untuk membawa kameramen masuk ke dalam rumah, sembari menjelaskan kalau keluarga Gonzalez tengah berada dalam variety show “Knock, Knock, Live”.
“Mau aku buatkan minum?” tanya Claudia terbata-bata. “I’m okay, i’m good,” balas Beckham.
Tanpa basa-basi, Beckham pun membagikan tujuh iphone kepada keluarga Gonzalez, ditambah pulsa gratis hingga 10 tahun ke depan.
“Tujuan utama ku ke sini,” Beckham menjelaskan, “Aku diceritakan tentang keluarga kalian dan aku merasa terhormat bisa datang ke sini, disambut ke rumah Anda.”
“Dan juga bertemu Anda satu persatu, karena saya mendengar seberapa berat Anda bekerja,” kata Beckham sembari menunjuk pada Victor. Tak lama kemudian, Beckham menyerahkan amplop hitam yang berisi cek bertuliskan 100 ribu dollar. Lalu, suasana pun berubah menjadi haru.
Dalam sebuah wawancara terpisah, Beckham mengungkapkan ia mendapatkan kehidupan yang beruntung yang memungkinkannya untuk berbuat banyak kepada keluarga yang bekerja keras, “ini adalah perasaan yang luar biasa.”
“Memberi cek senilai 100 ribu dollar, Anda tahu kalau itu amat berarti bagi mereka. Anda bisa lihat itu mengubah hidup mereka,” ucap pria dengan empat orang anak ini.
Dalam video tersebut kita tahu bahwa bukan Beckham yang memberikan hadiah tersebut. Ia hanya menjadi bintang tamu dalam acara televisi yang dipandu Ryan Seacrest. Acara yang diproduseri manajer artis Beckham, Simon Fuller,  tersebut memang memiliki konsep memberikan hadiah bisa dalam bentuk uang, barang, ataupun menghadirkan artis pujaan kepada keluarga-keluarga di Amerika Serikat.
Namun di balik acara tersebut tersimpan pesan yang cukup kuat bagi mereka yang menyenangi sepakbola. Gemerlapnya kompetisi sepakbola di Eropa nyatanya tidak cukup mampu untuk mengangkat kesejahteraan pesepakbola pada umumnya. Sebab tak semua bisa menjadi seperti Beckham.
Rataan gaji pesepakbola di Liga Primer Inggris mencapai 40 ribu pounds atau sekitar 800 juta rupiah setiap pekan, atau 41 miliar rupiah setiap tahunnya. Angka ini merupakan rataan tertinggi jika dibandingkan dengan kompetisi lain di dunia.
Sejumlah pesepakbola seperti Wayne Rooney dan Falcao mendapat gaji lebih dari 200 ribu pounds per pekan atau sekitar 4 miliar rupiah. Para megabintang macam Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi mendapatkan jumlah yang hampir setara, belum lagi pendapatan mereka di luar sepakbola.
Namun, itu semua seperti kenyataan semu belaka. Para pesepakbola yang berlaga di divisi dua, tiga, dan seterusnya, amat sulit mencapai angka sebesar itu. Pesepakbola di Brasil misalnya, 85 persen di antara mereka hanya mendapatkan gaji sebesar 8 juta rupiah setiap bulannya. Sementara itu cuma dua persen yang digaji 60 juta rupiah setiap bulan. Biasanya mereka adalah pesepakbola beruntung yang bermain di luar negeri, terutama di Eropa.
Di Indonesia, mayoritas pemain bisa mendapatkan ratusan juta rupiah setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), angka yang didapat pesepakbola Indonesia tergolong mewah.
Namun, itu yang di permukaan, bagaimana dengan mereka yang hanya berlaga di Divisi Utama dan Liga Nusantara? Terlebih kompetisi di Indonesia hampir tidak mengenal kontrak jangka panjang, yang membuat profesi sebagai pesepakbola memiliki masa aktif yang begitu singkat.
Jadi, Anda masih mau bermimpi menjadi pesepakbola dan menjadikan sepakbola sebagai ladang penghasilan utama dalam hidup? Pikir-pikir lagi.

DITULIS OLEH 

Alumnus Jurnalistik Fikom Unpad angkatan 2009 yang sempat aktif di Pers Mahasiswa Fikom Unpad 'Djatinangor'. Sempat curi-curi sedikit ilmu di Pikiran Rakyat, Metro TV, dan Kompas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kunci Rahasia Meningkatkan Omset Penjualan bagi Sales Kanvas

  Sejauh ini, banyak sales yang masih terkendala oleh hasil penjualannya karena tidak mencapai target.   Kalau di daerah yang kita kerjakan sama sekali mengalami fase stuck dan tidak berkembang. Maka kita harus cek atau periksa hal apa yang bikin hasil dari penjualan kita stagnan. Kalau kita sudah tau masalahnya, lalu kita bisa menciptakan solusi tersebut dari masalah yang kita miliki. Jika pencapaian omset diukur dari minggu ke minggu, Berikut ini kunci rahasia   omset penjualan agar meningkat :   1.  Bekerja berbasiskan data Banyak dari kita atau sebagai sales yang meremehkan data. Padahal data adalah faktor kunci kita dalam bekerja. Sayangnya banyak di antara kita yang berfokus pada aktivitas lapangan tapi lemah dalam soal data. Dapat dikatakan bekerja terkait data erat kaitannya dengan tim administrasi atau supervisor, karena hanya mereka yang memiliki keleluasaan dalam mengakses data. Padahal bagi seorang sales, jika bekerja berdasarkan data maka seorang sales di lapangan da

Skema Pemberangusan Demokrasi Kampus

Menyikapi Peraturan Disiplin Mahasiswa UPI 2013 Oleh : Moch. Vichi Fadhli R             Pemuda dan mahasiswa semakin dihadapkan pada ketidakpastian arah dan cenderung terjerambab dalam jurang semu dunia pendidikan kekinian. Hal ini semakin tampak, dalam melihati situasi nasional yang begitu bergejolak, dengan upaya liberalisasi di tubuh pendidikan yang pada akhirnya berimbas pada melonjaknya biaya pendidikan, komersialisasi pendidikan, hilangnya akses rakyat untuk mengenyam Pendidikan Tinggi (PT), juga diskriminasi terhadap rakyat dalam mengakes bangku pendidikan.             Dalam hal ini tentunya secara alamiah akan menumbuhkan gejolak protes masyarakat lewat berbagai aksi karena abainya pemerintah dalam melakukan pencerdasan terhadap seluruh rakyat Indonesia. Khususnya pemuda dan mahasiswa sebagai warga kampus yang turut secara langsung merasakan mahalnya harga kuliah sehingga akan timbul secara sendirinya gejolak massa dalam berekspresi, juga berpendapat dalam berbagai

Masa Depan Manusia VS AI

Oleh : Moch. Vichi Fadhli   Pada sekitar tahun 1950-an, sekumpulan ilmuwan melakukan eksperimen pada sekumpulan Kera di pulau Kojima. Beberapa ilmuwan tersebut menyimpan kentang manis di pasir pantai untuk makanan Kera. Suatu hari, seekor Kera Muda bernama Imo secara sengaja mempelajari cara bahwa Kentang akan terasa lebih enak jika dicuci lebih dahulu. Imo mulai mengajari kepada teman-temannya dan anggota keluarga yang lebih tua untuk membersihkan makanan agar makanan terasa lebih enak. Perubahan perilaku kelompok Kera tersebut mulai perlahan-lahan nampak. Akhirnya sebagian besar Kera mengadopsi cara tersebut dan kebiasaan tersebut menjadi sebuah ‘Norma Baru’ dalam sekelompok Kera. Fenomena ini dikenal sebagai efek Kera ke-100 sebagai bentuk perubahan perilaku. Fenomena ini menekankan tentang arti penting sebuah perubahan perilaku. Dalam diskursus marketing banyak kita temukan tentang perubahan Consumer Behavior . Perubahan juga didorong oleh penemuan-penemuan baru dalam ruang l