Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Pagi

Seperti biasanya pagi selalu menjadi penyegar bagi kita. Begitu adanya, siapapun dia yang tidak mengenal indahnya bangun pagi. Merugilah ia.. ada bayangan dimana pagi selalu membawa kita untuk membayang-bayang kebahagiaan. Dari sana tak berarti kita berharap. Cukup saja, bahwa sinar pagi telah menghangatkan kita. Aku merindukan indahnya pagi dalam kebersamaan. Kawan-kawan seperjuangan mulai bepergian satu per satu. Sedangkan, aku masih berdiri di persimpangan jalan. Akhir jalanku di dunia kampus semakin dekat, namun tak memberi kepastian. Kita akan selalu berada pada situasi sulit. Tapi terkadang aku selalu membuatnya seolah mudah. Meninggalkan banyak peluang yang seharusnya dimanfaatkan menjadi kesalahan terbesar bagiku. Aku pasti tidak ingin kembali menjajaki jalanan itu. Tapi akan selalu ada arti dari setiap perjalanan yang kita lalui. Kita terdidik untuk tahu banyak hal tentang artinya hidup. Kita tidak sekedar mengenal papan tulis, meja, kursi, tugas, dan ceramah dosen.

Pergulatan Pemilu 2014 dan Rezim Boneka Baru

Oleh : Moch. Vichi Fadhli R Babak baru Indonesia ditandai dengan naiknya Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Kemenangan Jokowi menuju tampuk kekuasaan tertinggi dilahirkan dari gesekan pemilu yang paling keras sepanjang sejarah. Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya yang menghadirkan banyak nama pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Pemilu kali ini hanya ada 2 pasangan yang melenggang dalam percaturan politik nasional. Prabowo Subianto menggandeng Hatta Rajasa sebagai pasangan yang melawan kubu Jokowi-Jusuf Kalla. Konon, pertarungan politik pemilu 2014 menjadi pertarungan yang paling menguras perhatian seluruh masyarakat. Lawan yang paling serius diantara keduanya terletak di antara sentiment sesama klas reaksi, yang terpolarisasi ke dalam 2 klik. Klik pertama tentunya yang menamai diri Koalisi Merah Putih yang berisikan Prabowo, Hatta, Amien Rais, Aburizal Bakrie, dan lain-lain. Sedangkan Klik kedua adalah koa

Tentang Subjektifisme Sebagai Penyakit Kronis

Kawan-kawan yang dicintai oleh massa. Sudah cukup panjang perjalanan kita dalam berjuang bersama. Tak terbersit dari kita untuk menyatakan lelah dalam perjuangan ini. Tapi tentu, secara khusus, ada pula beberapa kawan yang terputus di tengah jalan, dan tidak melanjutkan arena perjuangan ini. Hal ini bisa terjadi, oleh karena kehendak subjektif dari setiap individu dengan berbagai alasan taktis maupun alasan yang sifatnya prinsipil dari setiap individu. Dari sini lah arti penting bahwa kita mesti membuka perhatian yang lebih dan memeriksa kenyataan tersebut bukan menjadi hal yang sepele. Ada hal-hal yang luput dari diri kita. Di samping suara-suara yang begitu tinggi kita lantangkan pada musuh-musuh kita, banyak diskusi-diskusi dengan hal-hal yang besar (tolak komersialisasi pendidikan, dll), vocal-vokal yang sangat nyaring dalam berdebat (anti imperialisme, feodalisme dan kapitalis birokrat) dan gairah militansi dalam demonstrasi. Kita terlampau asyik dengan itu tanpa pernah tahu

Semakin Tajamnya Komersialisasi Pendidikan dan Penindasan Terhadap Mahasiswa UPI

Pemuda-mahasiswa tengah berada dalam kenyataan penindasan yang hebat. Terutama kampus UPI adalah salah satunya. Sebuah cerita pelik yang terus menyuguhkan rentetan diskrimasi dan penindasan terhadap mahasiswanya. Akhir-akhir ini problem yang sedang menajam terkait soal kebijakan cuti paksa terhadap mahasiswa. Kampus memberikan sanksi akademik berupa pencutian bagi mahasiswa yang belum atau tidak bisa membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). UKT merupakan mekanisme pembayaran persemester yang baru diterapkan dengan penghapusan biaya pangkal masuk universitas. Jika sudah melewati waktu pembayaran yang sudah ditetapkan, secara langsung kampus pun tak segan untuk mencutipaksakan. Dalam pernyataan Aliansi Mahasiswa UPI sebelumnya “ ada 6 mahasiswa UPI yang dicutikan karena tidak bisa membayar UKT.  Jumlah yang sebenarnya masih lebih dari itu dikarenakan data ini baru dihimpun dari beberapa jurusan ”. Sedangkan, melalui akun twitternya BEM Rema UPI memberikan keterangan, “ ada beberapa mahasi