Langsung ke konten utama

Cara Memahami Anak Dilihat Dari Kepribadiannya

 Oleh : Mochamad Vichi Fadhli Rachman



Saat kita di anugerahi seorang anak yang sekaligus menjadikan diri kita sebagai orang tua, sungguh menjadi salah satu kebahagiaan hidup dalam diri kita. Namun, saat kita menjalani peran baru, kita baru saja memikul beban dan tanggung jawab untuk membesarkan anak kita dengan baik. Hidup kita tidak selalu dibumbui oleh kebahagiaan, tapi luapan berbagai macam emosi seperti sedih, marah, bahkan kesal selalu mengitari kita saat sedang membesarkan buah hati kita.

Pernah Gak merasa kalau kita sudah mengajarkan sesuatu yang benar, tapi anak kita gak mau menuruti apa yang kita inginkan?

Punya anak yang liar dan ga bisa teratur padahal kita sudah mengasuhnya dengan penuh keteraturan dan lemah lembut?

Mungkin saja di antara kita juga merasa setiap ilmu parenting sudah kita coba terapkan tapi anak masih tidak sesuai dengan harapan kita.

            Dari berbagai dimensi dalam mempelajari ilmu mengasuh anak, ada satu referensi ilmu yang mungkin bisa membantu kita dalam memahami dan memaknai relasi anak & orangtua. Bagaimanapun mempelajari anak adalah upaya kita untuk mempelajari kepribadian manusia. Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul “Personality Plus for Parents” menjelaskan bahwa ada 4 kelompok dasar kepribadian manusia. Keempat kelompok kepribadian ini pertama dikenalkan oleh seorang ahli fisiologi Romawi bernama Galen, ia mengemukakan bahwa setiap manusia memiliki kepribadian Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Phlegmatis.

            Jadi sebelum coba memahami seorang anak, kita juga wajib memahami tipe kepribadian kita terlebih dahulu sebagai orang tua. Sejauhmana kita bisa mengenal diri kita sendiri. Bagaimana kepribadian kita di lingkungan rumah, sosial, dan di tempat kita bekerja. Hal ini secara langsung mencoba memahami orang tua seperti apakah kita. Secara sederhananya, keempat kepribadian tersebut seperti berikut:

*Orang-orang yang berkepribadian Sanguinis Populer adalah yang berenergi besar, suka bersenang-senang, supel, dan memiliki humoritas yang tinggi. Orang-orang berkepribadian ini suka mencari perhatian, kasih sayang, dukungan, dan penerimaan dari sekeliling mereka. Namun kepribadian ini bisa tidak teratur, emosional, dan hipersensitif.

*Orang-orang berkepribadian Koleris Kuat adalah orang-orang yang secara alami berorientasi terhadap sasaran, hidupnya dicurahkan untuk berprestasi, dan yang cepat mengorganisasikan. Mereka berusaha mengendalikan dan berharap pengakuan atas prestasi-prestasinya. Mereka suka tantangan dan mudah menerima tugas-tugas yang sulit. Namun kepribadian ini membuat mereka kecanduan dalam beraktivitas, sok benar sendiri dan keras kepala. Mereka tidak peka terhadap perasaan orang lain.

*Orang-orang yang berkepribadian Melankolis Sempurna adalah pendiam, pemikir. Orang-orang dengan kepribadian ini terbiasa perfeksionis dalam apapun.  Orang-orang seperti ini sering kecewa dan depresi karena hasil yang kurang sempurna. Mereka membutuhkan kepekaan dan dukungan dari orang lain. Dari sikap perfeksionisnya membuat diri sendiri gila dengan suatu ekspektasi dan standar diri yang tinggi.

*Orang-orang yang berkepribadian Phlegmatis Damai ingin sesuatu yang seimbang dan merasa mencukupkan diri.  Mereka biasanya tidak ingin “mempersoalkan hal-hal yang sepele”. Orang-orang ini tidak suka dengan risiko, tantangan dan kejutan. Selain itu mereka membutuhkan waktu untuk bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan. Mereka berorientasi pada ketentraman, selalu ingin menciptakan keamanan, dan ketenangan.

Kepribadian setiap orang tidak hanya berdiri sendiri-sendiri. Tapi kepribadian ini selalu memiliki kombinasi yang berpasangan. Misalnya orang-orang yang memiliki kombinasi Sanguinis-Koleris dan Melankolis-Phlegmatis.

Orang-orang dengan kepribadian Sanguinis-Koleris secara alami merupakan pribadi yang eksrovert, optimis, dan terus terang. Mereka sangat enerjik dan penuh daya tarik. Mereka seringkali membuat banyak pembicaraan dan mengarahkan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya bagi mereka.

Sedangkan orang-orang dengan kepribadian Melankolis-Phlegmatis merupakan pribadi yang introvert, pesimis, dan lembut bicaranya. Mereka tipe orang-orang yang akan cepat terkuras energinya karena orang lain di hadapan mereka. Orang-orang seperti ini sering merasa cepat lelah jika berjumpa dengan orang lain. Mereka pada akhirnya selalu memilih untuk melakukan pekerjaannya sendiri sesuai dengan ekspektasi mereka.

Namun tidak menutup kemungkinan ada juga orang-orang dengan kombinasi kepribadian Koleris-Melankolis atau Sanguinis-Phlegmatis. Hal ini seperti menggabungkan kepribadian seseorang antara yang optimis dan pesimis, ia bisa menjadi individu yang suka keramaian dan juga tidak suka keramaian. Akibatnya mereka cenderung tidak memiliki keseimbangan atas kombinasi ini. Orang-orang dengan kombinasi ini bisa berubah-ubah kepribadiannya tergantung pada keadaan. Dasarnya perbedaan dari kombinasi kepribadian tersebut selalu ada yang dominan di salah satu sisi. Sisi dominan itulah yang akan lebih menonjol. Karena setiap manusia memiliki kecendrungan alami kepribadian meskipun mereka memiliki 2 kepribadian yang kadang berbeda di setiap tempatnya. Mereka bisa saja begitu Koleris (suka mengatur) di kantor tapi ketika di rumah menjadi Phlegmatis (penuh damai).

Kadang kita sendiri sering mengalami kebingungan mengenal diri kita yang sebenarnya. Sifat bawaan kita kadang mendorong kita untuk berpikir takut atas penolakan sosial. Misalnya “saya biasanya lebih suka diam…tapi saya harus banyak bicara disini”, “saya tidak setuju dengan dia..tapi takut banyak yang tidak menyukai saya”. Kedua kehendak ganda ini membuat kita harus memilih perilaku seperti apa yang bisa mewakili diri kita. Karena dalam menjalani kenyataan-kenyataan kita juga sering bertopeng dari wajah asli kita.

 Pada akhirnya kadang kita kebingungan dalam menyusun profil alami diri kita. Untuk menentukan di posisi (kepribadian) mana kita berada, faktor pembedanya adalah mana perilaku yang alami dan mana perilaku yang terlatih. Bisa saja ada orang yang terlahir secara alamiah pendiam dalam lingkungannya, namun begitu fasih menjadi pembicara di depan umum dalam seminar. Kelebihan dalam berbicara ini bisa karena faktor perilaku yang terlatih.

Setelah kita dapat mengetahui letak kepribadian kita dimana, maka kita dapat menyesuaikan cara kita sebagai orang tua untuk berelasi dengan anak kita. Anak adalah titipan yang diberikan oleh Tuhan. Faktor hormon dan genetika diwariskan oleh orang tuanya, bisa jadi membentuk kepribadian serupa antara anak dan orang tua namun bisa jadi memiliki kepribadian yang berbanding terbalik.

Sama seperti empat teori kepribadian manusia, anak pun memiliki ciri-ciri spesifik yang dapat dikelompokan dalam 4 kepribadian tersebut. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 1. Florence Littauer (Personality Plus)

Setelah mengetahui beberapa ciri-ciri tersebut mungkin kita baru bisa menyadari, mengapa anak kita selalu murung dan berdiam diri. Kita juga mungkin tahu jika apa yang kita instruksikan kepada anak kita ternyata selalu bertentangan. Garis-garis besar ini jarang diselami lebih dalam karena kita kadang sudah tidak punya cukup waktu untuk meneliti dan memahami anak kita.

Jadi, mungkinkah kita bisa mengajari anak meskipun memiliki kepribadian yang berbeda? Jawabannya adalah bisa! Pertautan  2 pribadi antar orang tua-anak yang berbeda apabila di atur dengan tepat maka akan menciptakan keseimbangan dan perkembangan yang baik buat anak. Sebaliknya jika keduanya tidak dapat mengaturnya dengan tepat, maka maka selamanya tidak akan sinergis. Anak dan orang tua bisa terus berantem dan tidak pernah akur. Hal ini tidak lepas dari soal tidak tepatnya cara berkomunikasi, cara mendidik anak, dan cara memperlakukan anak dengan gaya pribadinya.

Dalam hal ini bisa jadi anak melankolis namun dididik oleh orang tua sanguinis, anak koleris dididik oleh orang tua phlegmatis, dan atau sebaliknya. Contoh rumusnya cukup sederhana, jangan paksakan seluruh cara kita yang koleris pada anak kita yang sanguinis. Komunikasi adalah awal pintu percakapan. Namun kita bisa ajarkan kelebihan-kelebihannya selagi dia bisa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Kunci Rahasia Meningkatkan Omset Penjualan bagi Sales Kanvas

  Sejauh ini, banyak sales yang masih terkendala oleh hasil penjualannya karena tidak mencapai target.   Kalau di daerah yang kita kerjakan sama sekali mengalami fase stuck dan tidak berkembang. Maka kita harus cek atau periksa hal apa yang bikin hasil dari penjualan kita stagnan. Kalau kita sudah tau masalahnya, lalu kita bisa menciptakan solusi tersebut dari masalah yang kita miliki. Jika pencapaian omset diukur dari minggu ke minggu, Berikut ini kunci rahasia   omset penjualan agar meningkat :   1.  Bekerja berbasiskan data Banyak dari kita atau sebagai sales yang meremehkan data. Padahal data adalah faktor kunci kita dalam bekerja. Sayangnya banyak di antara kita yang berfokus pada aktivitas lapangan tapi lemah dalam soal data. Dapat dikatakan bekerja terkait data erat kaitannya dengan tim administrasi atau supervisor, karena hanya mereka yang memiliki keleluasaan dalam mengakses data. Padahal bagi seorang sales, jika bekerja berdasarkan data maka seorang sales di lapangan da

Skema Pemberangusan Demokrasi Kampus

Menyikapi Peraturan Disiplin Mahasiswa UPI 2013 Oleh : Moch. Vichi Fadhli R             Pemuda dan mahasiswa semakin dihadapkan pada ketidakpastian arah dan cenderung terjerambab dalam jurang semu dunia pendidikan kekinian. Hal ini semakin tampak, dalam melihati situasi nasional yang begitu bergejolak, dengan upaya liberalisasi di tubuh pendidikan yang pada akhirnya berimbas pada melonjaknya biaya pendidikan, komersialisasi pendidikan, hilangnya akses rakyat untuk mengenyam Pendidikan Tinggi (PT), juga diskriminasi terhadap rakyat dalam mengakes bangku pendidikan.             Dalam hal ini tentunya secara alamiah akan menumbuhkan gejolak protes masyarakat lewat berbagai aksi karena abainya pemerintah dalam melakukan pencerdasan terhadap seluruh rakyat Indonesia. Khususnya pemuda dan mahasiswa sebagai warga kampus yang turut secara langsung merasakan mahalnya harga kuliah sehingga akan timbul secara sendirinya gejolak massa dalam berekspresi, juga berpendapat dalam berbagai

Masa Depan Manusia VS AI

Oleh : Moch. Vichi Fadhli   Pada sekitar tahun 1950-an, sekumpulan ilmuwan melakukan eksperimen pada sekumpulan Kera di pulau Kojima. Beberapa ilmuwan tersebut menyimpan kentang manis di pasir pantai untuk makanan Kera. Suatu hari, seekor Kera Muda bernama Imo secara sengaja mempelajari cara bahwa Kentang akan terasa lebih enak jika dicuci lebih dahulu. Imo mulai mengajari kepada teman-temannya dan anggota keluarga yang lebih tua untuk membersihkan makanan agar makanan terasa lebih enak. Perubahan perilaku kelompok Kera tersebut mulai perlahan-lahan nampak. Akhirnya sebagian besar Kera mengadopsi cara tersebut dan kebiasaan tersebut menjadi sebuah ‘Norma Baru’ dalam sekelompok Kera. Fenomena ini dikenal sebagai efek Kera ke-100 sebagai bentuk perubahan perilaku. Fenomena ini menekankan tentang arti penting sebuah perubahan perilaku. Dalam diskursus marketing banyak kita temukan tentang perubahan Consumer Behavior . Perubahan juga didorong oleh penemuan-penemuan baru dalam ruang l