Mungkin bagi kita, tidur sehari jeprut dibarengin bangun siang-siang adalah kenikmatan yang tiada
tara.Juga mungkin kita akan terasa lebih akrab dengan khayalan, atau mungkin
lebih pas disebut mimpi. Ya.. udah jadi keniscayaan kalo kita tidur ya kita
harus juga seengganya bikin cerita sendiri di kehidupan yang bukan real itu.
Bahkan akan sedikit lebih beruntung jika selepas dari mimpinya kita tersadar
dan diharuskan untuk ritual menyelinap ke kamar mandi untuk mencuci kolor. Yaa..tak
perlu dijelaskan apa isi mimpi itu. Jika harus dijelaskan mungkin bisa kena
fatwa dari MUI. hehehe
Namun, di luar tentang mimpi. Ada sebab yang menciptakannya.
Yaaaa yaitu ‘tidur’ dan ‘bangun tidur’. Kerapkali bagi kita bahwa tidur menjadi
anugrah tersendiri yang diberi Tuhan. Namun terasa jarang kita mengulas arti
nikmat dari bangun tidur. Kita mungkin bisa banyak bertanya kepada para maestro
tukang tidur bagaimana cara terbaik mereka menikmati tidur. Biasanya cara bagi
kita untuk bisa menghargai anugrah ‘tidur’ ialah bangun siang.
Udah bukan hal aneh bagi para atlet gadang. Mereka
adalah detasemen terlatih, tertempa, dan terdidik untuk dapat mengenali
indahnya bangun siang. Di luar itupun, mereka juga terlatih untuk menahan
gempuran doktrin Bang Haji Roma Irama kalo begadang itu dilarang. Nah biasanya
sih para penganut gadang garis keras itu ada di kalangan anak muda. Mereka bisa
anak kuliahan, anak-anak SMA, yang lagi nganggur, atau juga mereka yang bekerja
di malam hari, ataupun mereka yang punya kekhususan semisal pengidap insomnia
dll. Kalo kita harus blejeti apa aja sih yang dilakuin mereka si tukang gadang,
banyak juga sih yang bermanfaat. Bisa aja lagi tadarusan, baca buku, nongkrong,
diskusi ama temen-temen atau ngerjain skripsi. Meski di tengah-tengah ngerjain
skripsi, sedikit terselip “Naughty
America” yang sedang di minimize di layar monitor. *hiks
Sekuat apapun mereka, para maestro tersebut tentu
akan menghadapi ujung kantuknya. Tidur adalah jawaban akhir mereka di ujung
malam. Dan bangun siang adalah sahabat terbaiknya. Terus, apa sih enaknya
bangun siang? Mungkin aja bagi mereka bangun siang itu ada sense tersendiri yang bisa bikin badan terasa nikmat, meski ada
sedikit sensasi lemas di atas kasur. Atau juga katup mata terasa lebih ringan
dan terasa kenyang. Tapi tetap semua itu kerasa nikmat sekali. Tak jarang juga
bagi para pegiat bangun siang, ketika terbangun mereka akrab dengan puluhan
sms/bbm/line dari pacarnya yang belum terbaca dan kerap dimaki-maki gemes
dengan istilah ‘kebo’.
Tapi yang dilupakan, bahwa sebenarnya ada hal yang
lebih nikmat untuk dirasakan. Cobalah sekali-kali bagi kita untuk bisa nyicipin
rasanya bangun pagi. Sensasinya sebenarnya berkali-kali lipat lebih nikmat di
banding bangun siang. Bangun pagi akan mengantarkan kita pada satu titik awal
yang menyuguhkan udara terbaik dalam mengawali hari. Yaa, simpelnya adalah kita
bakal ngerasain segarnya udara pagi. Sejatinya, pagi adalah jawaban kita untuk
bisa membaca kehidupan sedari awal. Kita bisa menghirup nafas rakyat dengan
lebih jernih. Bagaimana tidak nikmat? Dari bangun pagi, kita bisa mendengar
suara kesrek-kesrek tetangga kita yang sedang membersihkan terasnya dengan sapu lidi. Lalu kita
akan mengawal hari dengan mendengar gemercik air dari tetangga yang sedang
menyirami tanaman, serta menyirami jalan sekitar depan rumahnya agar tidak
berdebu. Kita juga akan mendengar suara klentengan tukang bubur ayam yang
sedang membawa gerobaknya. Atau juga kita kerap mendengar teriakan tukang
sayur-mayur dan siap dikerubungi ibu-ibu. Betapa indahnya guys. Inilah kehidupan
rakyat, yang patutnya kita nikmati.
Terlebih lagi kita yang masih kebilang anak muda,
pagi akan terasa lebih nikmat ketika kita bisa bersantai dan menyeduh segelas
kopi panas di hadapan kita. Atau mungkin bisa sambil dibarengin sama nonton spongebob
ataupun berita pagi (skip aja kalo udah nemu infotainment mah). Atau juga buat
kita yang seneng baca bisa lebih nikmat untuk mencari teman kopi itu dengan Koran
pagi. Apalagi kalo ada kawan, kita bisa sambil ngobrol-ngobrol ringan dan
diskusi-diskusi kecil dengan segelas kopi yang dibagi berdua. Nah…ini mungkin
baru layak bisa kita sebut bahwa kita ini adalah anak muda. Kita akan
benar-benar tau cara menghargai hari yang muda, yang di awali dengan Matahari
terbit sedari muda di ufuk timur.
Seandainya, kita mau menghadapi tantangan sepagi mungkin,
dengan begini kita bisa jalanin hari-hari muda kita yang senang akan tantangan.
Seorang pemuda yang siap ditempa zaman. Yang akan selalu membuat perbedaan dari
hidupnya. Seperti kata Guru Mao, bahwa pemuda itu ibarat matahari jam 9 pagi. Ia mestinya berkobar, bersemangat dan memancarkan sinar bagi hidup di sekeliling
masyarakatnya.
Masih banyak tentunya manfaat pagi bagi kita,
setidaknya pagi akan memberi kita waktu lebih lama untuk bisa bikin planning
kegiatan, upgrade wawasan, memanage waktu, beraktivitas, bersosialisasi, dan
bikin evaluasi. Ah yasudah… akan terlalu banyak kebahagiaan jika kita terus
mengulas-ngulas tentang pagi.
Bukan berarti kita harus meniadakan kebahagiaan dari para tukang begadang. Mereka pun dapat menikmati awal kehidupan dengan
caranya masing-masing. Terselip sejuta asa, bagi mereka, urusan nikmat adalah
urusan bagaimana bisa menjalani dan memaknainya.
Bandung, 2015
Oleh : M. Vichi Fadhli
Komentar
Posting Komentar